CINTA PERTAMA YANG TERSIMPAN
Kring .. kring ..
Seperti pagi pada biasanya , bel sepeda Elang terdengar dari depan rumah
Velin. Setiap pagi pasti Elang selalu menjemput Velin untuk berangkat ke
sekolah bersama.
“Vel…cepetan
dandannya jangan lama – lama , mau sekolah apa mau jadi model ?”
“Iya ,
bentar - bentar , tinggal pake jam nih!”
Velin pun berlari menghampiri Elang
“Lama
banget sih , kamu cepet atau lama tuh sama aja nggak ada bedanya , tetep gitu –
gitu aja mukanya. Enggak bakal juga muka Maudy Ayunda jadi pindah ke kamu”
Elang meledek Velin.
“Apaan
sih , biarpun cuma ke sekolah , harus tetep
tampil cantik kali” Velin terlihat masih merapikan rambutnya
“Percaya
deh sama yang katanya cantik”
Dari kecil Elang dan Velin selalu sama – sama , hampir semua
hal pertama di hidup Velin dilewatin bareng Elang , mulai dari pertama kali
masuk sekolah , pertama kali belajar naik sepeda , pertam akali berantem dan
pertama pertama kali lainnya. Biarpun Elang orangnya ketus , dan nyebelin tapi
Elang tetep jadi sahabat terbaik Velin. Karena sebenarnya dalam hati Elang baik
, tulus dan perhatian.
Sesampainya
di sekolah , Velin melihat wajah asing di sekolahnya. Ternyata itu anak dari
artis favorit Velin , namanya Ana , ia menjadi murid baru di sekolah Velin. Cepat
cepat Velin menghampirinya , dan mereka pun berkenalan.
“Hay ,
nama kamu siapa ?” Velin menanya dengan penuh senyuman.
“Ana”
“Aku
ngefans banget loh sama mamah kamu , sampe – sampe di kamar ada posternya
gedeee banget. Iya kan Lang ?” Velin dengan bangganya memamerkan kepada Ana
“Hemmm”
“Aku
juga koleksi video – video waktu mamah kamu nyanyi .Iya kan Lnag ?”
“Hemm”
jawab Elang sebal dengan sifat Velin yang heboh.
“Nanti
aku bilangin sama mamah” Ana dengan heran melihat Velin
“Minta
tanda tangannya boleh lah ya ?” Velin mulai mengambil kesempatan
“Iya
deh , besok aku kabarin kalo mamah udah pulang dari Australi. Mau foto bareng
juga boleh loh..” dengan keramahan hati Ana.
“Ahh..
makasih baik bangeeet” hati Velin berbunga- bunga.
“Oiya ,
ruang kantornya di sebelah mana ya ?”
“Dari
sini , kamu jalan lurus , nanti belok kanan. Nah nanti kamu pasti udah tau ,
ada keterangannya kok di atas pintunya”
“Yaudah
makasih ya , aku mau ke kantor dulu. Dahhh..nanti aku cari kalian“ Ana pergi
menuju kantor meninggalkan Elang dan Velin.
“Dahhh”
Velin melambaikan tangannya.
“Ya
ampun , aku nggak nyangka , sebentar lagi aku bakal ketemu sama idolaku” Dengan
bangganya Velin mengatakan kepada Elang
“Biasa
aja kali , kamu tuh heboh banget tau nggak” Elang dengan sifatnya yang ketus.
“Biarin
aja , yang penting bisa ketemu idola” Velin sambil mendorong pelan pundak
Elang.
Tiba – tiba Elang merkul pundak Velin ,
“Yaudah
, ayo ke kelas. Tugas kemarin belum selesai kan ? Di kumpul pagi ini loh!”
“Oiya…lupa”
Velin memang pelupa.
Mereka pun cepat – cepat menuju kelas untuk menyelesaikan
tugasnya.
Teet….teet….
teet….Waktu pulangsekolah. Saatnya Velin untuk latihan chileaders terlebih
dahulu , Velin segera berganti baju di ruang ganti. Setelah Velin keluar dari
ruang ganti , ia melihat Elang duduk di kursi depan ruang ganti.
“Lang ,
kamu nungguin aku sampai selesai kan ?” Velin dengan sibuk memasukan sragam ke
dalam tasnya.
Elang hanya terdiam , sambil menikmati alunan musik yang di
dengarkannya dari headshet
“Lang…denger
nggak ?” Velin sambil membenahi gendongan tasnya
Elang masih terdiam , sambil sedikit mengangguk menikmati
musiknya.
“Nih
anak ngapain sih , dari tadi diajak ngomong nggak jawab – jawab. Heemm…
ternyata gara – gara ini” Velin manarik salah satu kabel headshet dari telinga
Elang.
“Hih ,
apaan sih.Pasti nyuruh buat nungguin kan ? Tenang aja pasti aku tungguin ,
cepetan sana! Ganggu aja deh”
“Yang
nggak denger siapa ? Yang kena marah siapa ?” Velin sedikit kesal dengan Elang
Elang pun tertawa , sambil mendorong pelan Velin untuk
segera bergabung ke tim cheleadersnya yang sudah mulai pemanasan.
Elang
memang sangan perhatian kepada Velin, seberapa lama pun dia nunggu Velin ,
pasti di tungguin sampai selesai. Itu lah cara Elang untuk menjaga Velin ,
kapan pun dan di mana pun itu. Elang sangat takut kehilangan Velin , karena
hanya Velin lah teman yang mau menerima segala kekurangan Elang. Velin juga
tidak pernah malu , mempunyai teman seperti Elang , yang kata temen – temennya
Elang itu “nggak gaul” dan “cupu” , mereka bisa bilang kayak gitu karena mereka
tidak mengenal Elang sedangkan Velin sudah 17 tahun mengenal Elang. Sebenarnya
Elang itu orangnya asik , bisa juga dibilang kece dan tampan.
Setelah
menunggu sekitar 2 jam , akhirnya Velin selesai latihan chileaders. Tetapi ,
saat Elang melihat wajah Velin seperti sedang kebingungan ,
“Vel ?
Kamu sehat ?” Elang sambil memegang jidat Velin.
“Hih…
apaan sih , aku nggak demam kali” Velin melirik Elang.
“Terus
kenapa , kok kamu kayak orang bingung sih ?”
“Perasaan
, sejak tadi pagi setelah kita ketemu sama Ana , aku nggak lihat dia lagi ?
Padahal katanya , dia mau nyamperin kita lagi”
“Mungkin
, dia takut lihat kamu yang super heboh , coba lihat tadi kamu kaya gimana ?
Udah kayak teletubies yang lihat matahari” ledek Elang.
“Ana
tuh orangnya nggak kaya gitu”
“Emang
kamu tahu ? Tuh kan , baru kenal sehari aja udah sok tahu , kayak peramal aja”
“Yaudah
, ayo pulang. Daripada aku kamu ejekin mulu” Velin dengan mulutnya yang
memanyun.
“Hahaha…
enak aja ngejekin anak kaya kamu”
Elang pun mengantar Velin pulang. Menjemput dan mengantar
Velin sudah menjadi rutinitas Elang setiap hari. Karena memang rumah Elang dan
Velin hanya bersebelahan , dan orang tua mereka juga bersahabat.
Malam
hari tiba , Elang dan Velin duduk berdua di taman rumah Velin. Ditemani dengan
petikan gitar Elang dan kue buatan Velin. Sambil menatap bintang – bintang
Velin bertanya ,
“Jatuh cinta tuh rasanya kaya gimana ya ?”
“Hahaha…
kamu belum pernah ?” Elang tertawa , sambil menepuk gitarnya.
“Emang
kamu udah ?”
“Belum
sih , tapi kan aku nggak nanya – nanya gitu kaya kamu” Elang ,memncoba
menegelak
“Kira kira aku sama kamu siapa yang duluanya
buat jatuh cinta ?”
“Ya
kamu lah , kamu kan centil” Elang mulai mengejek Velin.
“Hihh.. apaan sih. Kamu tuh yang
centil” Velin sambil memukul pundak Elang.
“Sakit
tau !” Elang mengelus pundaknya.
“Hemm ,
aku punya ide bagus. Gimana kalau kita bikin janji , siapa yang jatuh cinta
duluan harus cerita ?”
“Janji
apaan tuh ? Itu kan rahasia. Gimana kalo aku yang duluan , nanti kamu bisa
heboh kaya emak – emak kehilangan dompetnya” Elang mencoba menolak.
“Aku
janji nggak bakalan heboh deh. Yahh… please” Velin menunjukan jari
kelingkingnya.
“Yah ,
mulai maksa nih”
“Ayo
lah , kamu kan baik..” Velin masih merayu Elang untuk berjanji.
“Iya –
iya deh , kasian sampe mohon – mohon kaya gitu. Takutnya nanti kalau nggak
diturutin , bisa keluar bebeknya dari mulut kamu” dengan tertawa , Elang akhirnya
memberikan jari kelingkingnya kepada Velin.
“Nah ,
gitu dong” Velin tersenyum
Elang memang tidak bisa jika tidak menuruti permintaan Velin
, mungkin karena perasaannya kepada Velin.
Paginya
, Velin ingin cepat – cepat berangkat ke sekolah , kemudian mencari Ana.
Setelah sampai di sekolah bersama Elang. Cepat – cepat Velin mengajak Elang
untuk berkeliling sekolah mencari Ana. Sayangnya , mereka sudah berkeliling
sekolah tetapi mereka tidak menemukan Ana.
“Mungkin
Ana nggak jadi sekolah di sini , gara –gara ada kamu” ledek Elang
“Tuh
kan , suka buat keputusan sendiri , udah kaya dukun aja kamu , Lang” sambil
sedikit tertawa.
“Bagus
dong kalau aku jadi dukun , sekalian mau buka praktik dukun di rumah” balas
Elang sambil tertawa.
“Siapa
juga yang mau berdukun sama kamu , ngomong aja cuma asal – asalan”
Elang melihat jam tangannya ,
“Eh ,
udah mau bel masuk nih ! Ayo ke kelas” ajak Elang kepada Velin.
Dengan masih bertanya – tanya kemana Ana , Velin menuruti
Elang untuk masuk ke kelas.
Sesampainya
di kelas , dengan muka datarnya , Elang berkata ,
“Tuh
Ana..”
“Hah
mana ?” mata Velin sudah kemana – mana.
“Aaaa ,
Ana. Ternyata kita se kelas
Siang ini , Velin mengajak Ana untuk belajar bersama
dengannya dan Elang , untuk membantu Ana mengejar materi di sekolah. Ditengah
tengah belajar kelompok , Ana meminta ijin kepada Velin untuk mengambil segelas
air putih di dapur. Saat Ana berbalik badan setelah mengambil air putih , ia
terkejut karena melihat kakak laki laki Velin hanya memakai celana pendek dan tidak
pakai baju. Ana pun lari meninggalkan dapur. Ia pun menceritakannya kepada
Elang dan Velin “Hah..serius , mau liat” sahut Velin sambil berdiri “Hih”
reflek Elang memegang tangan Velin dan memukul kepala Velin dengan pulpennya. “Bisa
nggak sok serius gitu nggak sih ?” sahut Velin “Lho juga bisa nggak sih belajar
yang serius , nggak becandaan mulu , inget nggak lu sering di marahin guru gara
gara nilai lu merah semua ? Inget nggak ?” Elang mencoba menasehati Velin “Iya
, iya inget! Inget juga kamu paling sempurna dan aku enggak!” sambil Velin
pergi meninggalkan Elang dan Ana.
Elang
dan Velin sering berantem dan akhirnya ngambek – ngambekan. Elang emang sellau
galak , sok cuek , dan sok serius. Tapi Velin tau kalau Elang nggak tahan
berantem lama lama.
Pagi –
pagi , Velin jalan kaki berangkat sekolah. Kemudian Elang mengejar Velin dengan
sepedanya “Vel , jangan ngambek lagi dong..aku bakalan ngelakuin apa aja biar
kamu nggak ngambek lagi”. “Serius apa aja ?” Kemudian Elang memboncengi Velin
dengan sepedanya untuk berangkat sekolah. Sejak saat itu lah mereka kembali
baikan.
Di
sekolah besok akan ada acara pensi di sekolah mereka , Velin tau , kalau Elang
itu jago banget main alat musik sama nyanyi. Velin ingin bakat Elang diketahui
orang banyak , makannya ia menyuruh Elang untuk mendaftar di penampilan pensi
besok , awalnya Elang tidak mau , tetapi karena ia sudah berjanji pada Velin
untuk melakukan apa aja , akhirnya Elang akan menempati janjinya. Dan Velin
juga janji “Nanti aku bakal nonton paling depan”
“Emang bisa ? Kan pas
pensi besok ada permainan basket otomatis kamu kan jadi chileaders”
“Ya , aku usahain lah”
“Kalo nggak ada kamu pas aku udah nyanyi di atas panggung gimana
?”
“Kalo begitu berarti dunia berakhir”
Esoknya
Velin menjadi chileaders dulu sebelum pertandingan basket di mulai. Elang sudah
menunggu Velin di balik panggung , berharap Velin segera datang , sampai sampai
saat Ana menepuk pundak Elang “Velinnn!”
“Velin masih di lapangan , tapi sebentar lagi selesai kok”
Tiba _ tiba terdengar suara host pensi “Ada yang bakal
nyanyi di panggung ini , kita sambut….Elaaanggg!!!” Elang pun menaiki panggung
tanpa kehadiran Velin. Saat Elang duduk dan akan mulai bernyanyi. Penonton pun
bersorak “Turun…3x” Prakk…prakkk…prakk..prak…terdengar suara larian Velin , dan
benar itu Velin , ia langsung mengambil posisi paling depan untuk menonton
Elang , dan memberi semangat kepada Elang , bahkan dia lah yang paling semangat
,hingga membuat penonton yang lainnya juga ikut menyemangati Elang , Elangpun menjadi
PD dengan penampilannya , ia mulai bernyayi dengan suara indahnya ditemani
dengan petikan gitar dari jarinya , membuat para penonton terbawa suasana oleh
nyanyiannya.
Saat
akan pulang sekolah , Velin dihampiri oleh seorang kapten basket yang tadi
sempat bertanding di sekolahnya , namanya Edward . Edward meminta nomor telepon
Velin , tentu seja Velin mengasih nomor teleponnya. Setelah itu , Velin pergi
meninggalkan Edward dan menyusul Ana dan Elang yang sudah jalan duluan , dengan
semangatnya Velin menceritakan Edward dengan Ana di depan Elang , terlihat
Elang cemburu , bahkan sempat menunjukan sikap bahwa ia tidak suka.
Sebenarnya
Elang sayang dengan Velin , tetapi ia tidak berani bilang kepada Velin , karena
ia takut persahabatannya dengan Velin akan berakhir hanya gara gara ia suka
dengan Velin. Itu lah yang membut Elang selalu memdam perasaannya kepada Velin
, den menikmati menjadi sahabat terbaik bagi Velin.
Hari
berganti hari , Velin mulai jauh dari Elang dan Ana , bahkan setelah Velin berpacaran
dengan Edward , Velin sudah sangat jarang berangkat sekolah bersama dengan
Elang. Ana dan Elang juga merasakan bahwa Velin mulai jauh dengn sahabatnya ,
dahulu yang mulanya mereka selalu bertiga kemana – mana , sekarang hanya
tinggal Elang dan Ana saja. Bahkan yang mulanya Velin dan Elang selalu bersama
, sekarang seperti mereka berjauhan.
Lama –
kelamaan Velin rindu dengan canda tawa bersama sahabatnya dulu , tapi untuk
menghampiri mereka untuk saat ini rasanya sudah agak canggung . Velin mencoba
untuk melupakan perasaan itu dan ia terus bersama Edward. Tetapi Velin tidak
akan mampu menyembunyikan oerasaan rindunya itu , bahkan saat kencannya dengan
Edward dan ia sedang bercerita
“Vel , ada negeri yang sangat indah namanya Perancis ,
disitu aku lahir , pas aku sekitar
5tahunan , aku ke menara Eiffel untuk pertama kalinya , terus aku pergi ke
penginapan dekat sana , aku milih lantai yang agak tinggi , terus aku keluar
dari kamar , aku liat pemandangannya , angin yang kenceng dateng….aaa tolong Edward
mama…aaa. Kapan – kapan aku ajak kamu”.
Velin hanya melamun menatap jendela samping Edward
“Vel ??? Kamu tuh kenapa ?”
“Gapapa kok , Lang…” mukanya sambil kaget
Edward pun menjadi cemburu dan bĂȘte pada Velin , kemudian
Edward mengajak Velin untuk pulang. Velin diantar pulang dengan Edward
menggunakan mobilnya , dalam perjalanan Velin merasa bersalah dan tak enak
kepada Edward. Saat sampai di depan rumah Velin ,
“Hey ,
maafin aku tadi ya , aku tau kamu nggak suka”
“Udah
deh , aku nggak mau ndengerin penjelasan kamu”
“Yaudah
deh , tapi kita besok jadi nonton kan ? Kamu jemput aku ya ? Daaahhh…” Velin
melambaikan tangannya
“Ya”
Hari
ini , hari setelah Edward marah pada Velin. Pagi yang sepi , tak ada suara bel
sepeda Elang , dan tak ada suara klakson mobil Edward. Velin berangkat sekolah
berjalan kaki sendiri dengan penuh kesunyian. Beberapa langkah setelah ia
melewati gerbang sekolah , terlihat Anya(teman satu tim cheleadersnya) diantar
oleh Edward yang saat itu masih berstatus pacar Velin.Anya dan Edward terlihat
sangat mesra terlihat dari kaca luar mobil , dan saat turun juga pintunya
dibukakan oleh Edward dan di gandengya Anya untuk memasuki sekolah. Velin yang melihatnya segera ia menghampiri
Edward , dan tanpa piker panjang , Velin menampar Edward. Suasana pun menjadi
terliahat semakin memanas ketika Edward akan membalas tamparan juga kepada
Velin , tetapi dengan sigapnya Elang datang kemudian menangkap tangan Edward yang ingin menampar
Velin , segera ia tonjok Edward. Setelah menonjok Edward ,Elang segera
menggandeng pergi Velin untuk meninggalkan tempat tersebut.
Velin
tak tau apa yang harus ia lakukan saat ini , ia dibawa oleh Elang ke taman
sekolah , di situ Velin mulai menceritakan semuanya. Ia juga mengungkapkan
bahwa ia rindu pada Elang dan berjanji tidak akan meninggalkan Elang hanya
untuk seseorang yang belum tentu terbaik untuknya. Elang hanya bisa menyuruh
Velin untuk menyenderkan kepala ke pundaknya. Bertanda bahwa ia akan selalu ada
untuk Velin bagaimana pun perlakuan atau sikap Velin terhadapnya.
Sebenarnya
, cinta pertama Elang adalah Velin tetapi perasaan sayang itu masih ia simpan
rapi , dan tak tahu kapan ia akan mengungkapkannya…
Sumber : Karya sendiri mirip film refrain dengan sedikit editan
FB : Britta Sevira
Instagram @brittasevira